Selamat Datang di Blok kami..............

Sabtu, 23 April 2011

MAPPACCI


Mappacci merupakan acara adat sebagai rangkaian pelaksanaan pesta perkawinan yang mengungkapkan pengertian pensucian diri  sekaligus sebagai wahana pewarisan nilai-nilai kesucian bagi sang pengantin. Tulisan ini diangkat sebagai Kado Hari Jadi Bone ke 669 tanggal 6 April 1999.
Perkawinan adalah peristiwa ritual yang bermakna religius dalam proses pelaksanaannya memerlukan suatu tatanan disebut adat istiadat sebagai warisan budaya Etnis Bugis. Mappacci mulai dilaksanakan di Bone pada Tahun 1696  sewaktu LAPATAU MATANNA TIKKA MATINROE RINAGA ULENG menjadi  Raja ke 16  Bone akhirnya membudaya dalam masyarakat sampai saat sekarang ini. Dalam lontarak disebutkan bahwa: NAIYA MAPPACCIE IYANARITU ADE MAPPURA ANROI RISESENA PUASENGNGE  TAU SAMA. Dalam pelaksanaan Mappacci sedikitnya mempergunakan lima macam alat  perlengkapan terdiri atas: Bantal, Sarung 7 lembar, Daun Pisang, Daun Nangka, dan Daun Pacii. Kelima macam alat perlengkapan dimaksud mengandung makna tersendiri yakni:

Bantal                       : Adalah symbol Sipakatau (saling menghargai), karena fungsi bantal
adalah pengalas kepala dikala tidur: Adapun bagian tubuh manusia yang paling mulia tempatnya otak. Kalau otak berfungsi dengan baik, manusia jadi mulia karena jenius. Tetapi apabila otak ini tidak berfungsi maka manusia bisa jadi hina karena gila. Begitu pula sosok manusia baru dapat dikenal bilamana dilihat wajahnya, sedang wajah adalah bagian dari kepala.

Sarung                       : Adalah symbol Mabbulo Sipeppa (persatuan) karena sarung itu
terdiri dari kumpulan lembaran benang yang telah disatukan kemudian diolah dan ditenun akhirnya menjadi sarung. Fungsi sarung adalah pakaian penutup aurat. Demikian pula halnya isteri adalah pakaian dari suami, dan suami pakaian dari isteri sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an: HUNNA LIBAASUN LAKUN WAANTUM LIBAASUN LAHUNNA, artinya: Mereka itu isteri-isterimu adalah pakaian bagimu, dan kamupun selaku suami pakaian dari mereka.

7 Lembar                   : Angka 7 ini adalah symbol tatanan pemerintahan Kerajaan Bone
dahulu dengan gelar Anggota adat 7 yang berfungsi Pemimpin  Pemerintahan. Disisi lain angka 7 adalah pada setiap perhitungan bagi masyarakat Bone memberi makna keberuntungan serta hakekat kesinambungan. Begitu pula tata kehidupan masyarakat Bone memiliki 7 ciri khas masing-masing: Historis, Kulturil, Patriotik, Sosiologis, Ekonomis, Agraris dan Kepribadian.

Daun Pisang             : Pisang adalah symbol sebaguna karena pohon pisang itu secara
Keseluruhan dapat digunakan oleh manusia khususnya buahnya. Pisang merupakan tanaman produktip, karena sekali kita menanam pisang akhirnya tumbuh dan berkembang, patah tumbuh hilang berganti. Sama halnya dengan manusia hidup dan berkembang dari generasi kegenerasi melalaui perkawinan.

Daun Nangka           : Nangka adalah symbol cita-cita dalam bahasa daerah disebut
PANASA, mengandung makna MAMMINASA, Indonesianya cita-cita. Ini berarti bahwa tekat dan cita-cita setiap pasangan suami isteri ingin menjadikan rumah tangganya senantiasa dalam keadaan tentram dan bahagia didampingi oleh isteri serta anak yang saleh sehingga terwujudlah suatu keluarga sakinah sebagaimana Hadist Nabi Muhammad SAW.  BAETI JANNATII, Artinya: Rumahku adalah Surgaku.

Daun Pacci               : Adalah symbol kebersihan atau kesucian, karena daun pacci itu
digunakan manusia sebagai pemerah  kuku dalam pantung bahasa daerah    diungkapkan bahwa: DUAMI UWALA SAPPO BELONA KANUKUE UNGANNA PANASAE. Terjemahan bebas: Hanya dua kujadikan perisai adalah pacci yaitu kesucian dan lempu yaitu Kejujuran. Untuk itu dalam menempuh berbagai dimensi kehidupan ini, maka ada empat hal yang perlu dipegang teguh oleh setiap muslim yakni:

Iman, Syariat, Akidah dan Akhlak dalam memantapkan Hablum Minallah Wahablum Minannas. Dengan didasari oleh tiga E yaitu: Etos, Etis dan Estetika.



Upacara adat mappacci dilaksanakan pada waktu tudampenni, menjelang acara akad nikah/ijab kabul keesokan harinya. Upacara mappacci adalah salah satu upacara adat Bugis yang dalam pelaksanaannya menggunakan daun pacar (Lawsania alba), atau Pacci. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan biasanya dilakukan dulu dengan mappanré temme (khatam Al-Quran) dan barazanji. Daun pacci ini dikaitkan dengan kata paccing yang makananya adalah kebersihan dan kesucian. Dengan demikian pelaksanaan mappacci mengandung makna akan kebersihan raga dan kesucian jiwa. Sebagaimana yang tertera dalam ungkapan bahasa Bugis yang mengatakan bahwa:
Mappacci iyanaritu gau’ ripakkéonroi nallari ade’, mancaji gau’ mabbiasa, tampu’ sennu-sennuang, ri nia’ akkatta madécéng mammuaréi naiyya nalétéi pammasé Déwata Séuwaé
Adapun urutan dan tata cara mappacci adalah sebagai berikut:
Sebelum acara mappacci dimulai, biasanya dilakukan padduppa (penjemputan) mempelai. Calon mempelai dipersilakan oleh Protokol atau juru bicara keluarga:
Patarakkai mai bélo tudangeng
Naripatudang siapi siata
Taué silélé uttu patudangeng
Padattudang mappacci siléo-leo
Riwenni tudang mpenni kuaritu
Paccingi sia datu bélo tudangeng
Ripatajang mai bottinngngé
Naripattéru cokkong ri lamming lakko ulaweng
Ungkapan ini berarti:
Calon mempelai dipersilakan menuju pelaminan. Pelaminan di sisi para pendamping. Duduk saling berdekatan satu sama lain. Mereka duduk bersuka ria di malam tudampenni, mappacci pada sang raja/ratu mempelai nan rupawan. Tuntunlah dan bimbinglah sang raja/ratu menuju pelaminan yang bertahtakan emas.
Dalam pelaksanaan mappacci disiapkan perlengkapan yang kesemuanya mengandung arti makna simbolis seperti:
• Sebuah bantal atau pengalas kepala yang diletakkan di depan calon pengantin, yang memiliki makna penghormatan atau martabat, kemuliaan dalam bahasa Bugis berarti mappakalebbi.
• Sarung sutera 7 lembar yang tersusun di atas bantal yang mengandung arti harga diri.
• Di atas bnatal diletakkan pucuk daun pisang yang melambangkan kehidupan yang berkesinambungan dan lestari.
• Di atas pucuk daun pisang diletakkan pula daun nangka sebanyak 7 atau 9 lembar sebagai permakna ménasa atau harapan.
• Sebuah piring yang berisi wenno yaitu beras yang disangrai hingga mengembang sebagai simbol berkembang dengan baik sesuai dengan arti bahasa Bugisnya (mpenno rialéi).
• Tai bani, patti atau lilin yang bermakna sebagai suluh penerang, juga diartikan sebagai simbol kehidupan lebah yang senantiasa rukun dan tidak saling mengganggu.
• Daun pacar atau pacci sebagai simbol dari kebersihan dan kesucian. Penggunaan pacci ini menandakan bahwa calon mempelai telah bersih dan suci hatinya untuk menempuh akad nikah keesokan harinya dan kehidupan selanjutnya sebagai sepasang suami istri hingga ajal menjemput. Daunpacar atau pacci yang telah dihaluskan ini disimpan dalam wadah bekkeng sebagai permaknaan dari kesatuan jiwa atau kerukunan dalam kehidupan keluarga dan kehidupan masayarakat.
Pelaksanaan
Orang-orang yang diminta untuk meletakkan pacci pada calon mempelai biasanya adalah orang-orang yang mempunyai kedudukan sosial yang baik dan punya kehidupan kehidupan rumah tangga yang bahagia. Semua ini mengandung makna agar calon mempelai kelak di kemudian hari dapat hidup bahagia seperti mereka yang meletakkan pacci di atas tangannya.
Jumlah orang yang meletakkan pacci ke tangan calon mempelai adalah biasanya disesuaikan dengan stratifikasi sosial calon mempelai itu sendiri. Untuk golongan bangsawan tertinggi jumlahnya 2 x 9 orang atau dalam istilah Bugis “duakkaséra”. Untuk golongan bangsawan menengah sebanyak 2 x 7 orang atau “duappitu”. Sedangkan untuk golongan di bawahnya bisa 1 x 9 atau 1 x 7 orang.
Cara memberi pacci kepada calon mempelai adalah sebagai berikut:
Diambil sedikit daun pacci yang telah dihaluskan (telah dibentuk bulat supaya praktis), lalu diletakkan daun dan diusap ke tangan calon mempelai. Pertama ke telapak tangan kanan, kemudian telapak tangan kiri, lalu disertai dengan doa semoga calon mempelai kelak dapat hidup dengan bahagia. Kemudian kepada orang yang telah memberikan pacci diserahkan rokok sebagai penghormatan. Dahulu disuguhi sirih yang telah dilipat-lipat lengkap dengan segala isinya. Tetapi karena sekarang ini sudah jarang orang yang memakan sirih maka diganti dengan rokok.
Sekali-kali indo’ botting menghamburkan wenno kepada calon memepelai atau mereka yang meletakkan daunpacar tadi dapat pula menghamburkan wenno yang disertai dengan doa. Biasanya upacara mappacci didahului dengan pembacaan Barzanji sebagai pernyataan syukur kepada Allah SWT dan sanjungan kepada Nabiyullah Muhammad SAW atas nikmat Islam.
Setelah semua selesai meletakkan pacci ke telapak tangan calon mempelai maka tamu-tamu disuguhi dengan kue-kue tradisional yang diletakkan dalam bosara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar